PENGEMBANGAN STRATEGI
PEMBELAJARAN ROPES : SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN ALTERNATIF DI PERGURUAN
TINGGI.
Imanuel Lohmay
ABSTRAK
Strategi
pembelajaran merupakan pola umum (model) yang diterapkan dosen dalam
pembelajaran di perguruan tinggi pada kelas-kelas kuliah. Berinovasi dalam pengembangan
strategi pembelajaran bagi seorang dosen di perguruan tinggi sangat
diperlukan. Strategi pembelajaran ROPES (Review,
Overview, Presentation, Evaluation dan Summary) merupakan strategi yang
dinamis dan bertujuan memberdayakan mahasiswa dalam upaya mencapai tujuan
belajarnya di perguruan tinggi. Strategi pembelajaran ROPES merupakan masukan
dan referensi bagi dosen diperguruan tinggi.
Kata
kunci : Strategi, pembelajaran, ROPES, inovasi, penyesuaian
|
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Mencermati perkembangan dan perubahan kurikulum di perguruan tinggi
mengharuskan dosen untuk terus menyesuaikan pembelajaran yang dilakukannya
dengan perkembangan dan karakteristik mahasiswa. Bertolak dari pengalaman
pribadi dalam mengajar di perguruan tinggi selama 24 tahun (khususnya di FKIP
Undana pada beberapa program studi : Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Pendidikan Guru Anak Usia Dini, Pendidikan Luar Sekolah,
Pendidikan Sejarah, Pendidikan Geografi, Pendidikan Bahasa Inggris dan Program
Akta Mengajar) telah memberikan pelajaran amat berharga yang mendorong untuk
berinovasi. Penyesuaian dengan perkembangan dan karakteristik mahasiswa yang
mengaharuskan dilakukannya inovasi dalam pembelajaran.
Dua pendekatan yang dilakukan oleh dosen dalam pembelajaran : (1)
pendekatan pembelajaran, dan (2) pendekatan personal. Kedua pendekatan tersebut
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa (kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi professional) sebagai calon
guru. Pendekatan pembelajaran dan pendekatan personal dapat digunakan secara
seimbang dengan strategi yang tepat, strategi yang dapat memberdayakan
mahasiswa. Strategi ROPES sebagai
strategi pembelajaran yang dipandang tepat dalam upaya memberdayakan mahasiswa.
Dalam
strategi pembelajaran tersebut memberi kesempatan yang lebih besar kepada
mahasiswa untuk mencari sumber dan bahan, menyusun, mendiskusikan dalam
kelompok kecil dan menyajikan di depan kelas. Setelah penyajian oleh kelompok
kecil yang bertugas, dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk memperjelas dan
memperkaya materi yang telah disajikan kelompok.
Strategi ROPES ini telah diuji coba pertama kali kepada mahasiswa Program
Akta Mengajar angkatan 2006/2007 dan setiap angkatan berikutnya, rata-rata
memberi respons bahwa strategi ini paling tepat digunakan dalam perkuliahan
bagi mahasiswa akta mengajar yang rata-rata adalah sarjana. Selanjutnya, pada
tahun akademik 2008/2009 mulai coba digunakan pada mahasiswa regular semester
pertama, ternyata berdasarkan hasil amatan menunjukkan bahwa strategi
pembelajaran ini lebih mendorong mahasiswa aktif mengerjakan tugas-tugas di
luar jam kuliah dan di dalam ruang kuliah.
Strategi Ropes ini lebih merupakan kajian yang menggabungkan beberapa
jenis strategi pembelajaran dan pendekatan pembelajaran. ROPES digunakan
sebagai strategi alternatif bagi pembelajaran di perguruan tinggi berdasarkan
hasil amatan sejak tahun akademik 2006/2007 sampaikan sekarang. Strategi ROPES
juga digunakan sebagai solusi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh dosen
secara monoton dengan metode-metode mengajar dan strategi pembelajaran yang dari
waktu ke waktu belum pernah diperbaharui.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan untuk dikaji
selanjutnya adalah :
a. Apa konsep dasar strategi
pembelajaran ROPES?
b. Bagaimana penerapan strategi
pembelajaran ROPES?
c. Sumbangan posiitif psikologis apa
saja yang didapat dari strategi pembelajaran ROPES?
3.
Tujuan
Kajian ini bertujuan memberi masukan sekaligus sebagai bahan referensi
bagi dosen di perguruan tinggi untuk :
a.
Berinovasi
dalam menyesuaikan pembelajaran yang dilakukannya kepada mahasiswa secara
kreatif agar tercapai pembelajaran yang aktif, inonatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAIKEM).
b.
Menggunakan
strategi pembelajaran ROPES sebagai salah satu strategi pembelajaran alternatif
dalam tugas mengajar sehari-hari.
4.
Manfaat
Penulisan artikel ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Dosen perguruan tinggi, yang setiap
hari sebagai aktor dalam melakukan pembelajaran dengan strategi yang tepat dan
terus diperbaharui.
b. Mahasiswa sebagai subjek pebelajar
yang aktif dan kreatif dalam proses mengembangkan diri dalam upaya mencapai
tujuan belajarnya di perguruan tinggi.
c. Pihak pengembang pembelajaran,
khususnya di perguruan tinggi dapat melakukan kolaborasi berbagai strategi
pembelajaran yang selalu disesuaikan dengan perkembangan dan karakteristik
mahasiswa pada setiap tingkat.
d. Peneliti di bidang pembelajaran untuk
menjadikannya sebagai salah satu referensi dalam melakukan penelitian mendalam
dan komprehensif.
B.
PENGKAJIAN
1.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
ROPES
Strategi Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Evaluation,
Summary) dikaji dari segi pengertian strategi pembelajaran secara umum, dasar-dasar
pengelompokan strategi pembelajaran, dan jenis-jenis strategi pembelajaran.
a.
Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah Strategi dipinjam dari
istilah dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari kata
“Strategos “ (Yunani), yang berarti perencanaan penggunaan angkatan perang
suatu negera untuk tercapainya tujuan perang. Sebelum suatu operasi atau serangan militer dilakukan, dalam rangka
tercapainya tujuan perang (menghancurkan musuh), para komandan sudah harus
mengembangkan lebih dahulu strategi yang diperlukan. Tujuan dirumuskan lebih
dahulu dalam pernyataan yang observable, berapa kekuatan yang diperlukan.
Bagaimana skuadron, batalyon, pleton yang harus disebarkan. Tempat-tempat mana
yang harus diduduki lebih dahulu. Pembekalan apa yang diperlukan, berapa
jumlahnya, di mana harus disiapkan.
Pengertian Strategi dalam pembelajaran mempunyai makna yang berbeda dari
pengertian strategi di bidang kemiliteran, walaupun ada unsur-unsur yang
bersamaan dalam proses mencapai tujuannya. Pembelajaran diartikan sebagai
kegiatan menciptakan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar. Sistem lingkungan itu terdiri dari komponen-komponen : Tujuan, materi
yang diajarkan, dosen dan mahasiswa yang harus memainkan peran dalam situasi
sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana prasarana, yang masing-masing saling
berpengaruh dalam satu kesatuan sistem lingkungan belajar yang unik. Tiap
sistem lingkungan memberi pengaruh yang berbeda. Hasil belajar yang dicapai
juga berbeda pula dari satu sistem lingkungan dengan sistem lingkungan yang
lain.
Pengertian
strategi dalam konteks pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru-murid dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Raka Joni, 1980). Di dalam pola umum itu
tersirat rasional yang membedakan strategi yang satu dengan strategi yang lain.
Pola umum itu oleh Joyce Weil (1972) dipakai istilah model. Strategi
pembelajaran juga diartikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu (http://www.hariansumutpos.com/2009/10/strategi
belajar mengajar profesional.html). Menurut Gerlach dan
Ely, Strategi belajar mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat,
lingkup dan urutan kegitan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada
siswa. Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya (Dick
dan Carey). Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi
pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai
tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga
merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan
dicapai (Gropper). Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu
dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama
lain, maka jenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan
yang berbeda pula (http:/pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_bll.html).
Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu
adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar
diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
Ia mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk
pencapaian tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari metode dan teknik
(prosedur) yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi
lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran. (http:/pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_bll.html).
Berdasarkan uraian di
atas, disimpulkan bahwa Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai pola umum
atau model dalam kegiatan guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b.
Dasar Pengelompokkan Strategi Pembelajaran
Oleh Raka Joni (1980) menunjukkan
lima dasar pengklasifikasian strategi, yaitu:
(1) Pengaturan guru dan siswa.
(2) Struktur peristiwa belajar mengajar.
(3) Peranan guru-siswa di dalam mengolah
“pesan”.
(4) Proses pengolahan “pesan”.
(5) Tujuan.
Ely
– Gerlach (1971), menggolongkan strategi atas dua kategori besar, yaitu :
Expository dan Inquiry. Strategi
Expository lebih menekankan peran guru dalam proses mengajar. Guru lebih banyak
memberi daripada membimbing. Di pihak
lain, siswa lebih banyak menerima daripada mencari. Sebaliknya, Strategi
Inquiry lebih mengutamakan peran siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa
lebih aktif mencari daripada menerima dengan pasif. Guru berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator.
Joyce
dan Weil (1978), mengelompokkan strategi atas empat model, dan pengelompokkan
itu didasarkan kepada tekanan yang diutamakan dalam proses mencapai tujuan
mengajar. Keempat model dimaksud :
(1) Social Interaction Models, tekanannya
pada individu dan masyarakat lingkungannya, konsekuensinya, pengajaran harus
membantu individu mengembangkan kemampunannya berelasi dengan masyarakat untuk
membangun masyarakat.
(2) Information
Processing Models, tekanannya pada proses mendapatkan “ilmu” yaitu
memperoleh dan mengorganisir data, memikirkan masalah, menggeneralisir konsep
dan kemampuan memecahkan masalah, menggunakan simbol verbal dan non verbal.
(3) Personal
Models, tekanannya pada proses pengembangan pribadi. Biasanya lebih
mengutamakan kehidupan emosional dan hubungan antar personal.
(4) Behavior
Modification Models, tekanannya pada usaha bagaimana memanipulir
reinforcement. Yang perlu diingat adalah bahwa pada tiap kegiatan belajar
mengajar sesungguhnya telah ada penanganan tiap yang tersebut pada
masing-masing model di atas, yang berbeda tekanannya.
Amstrong,
dkk (1978), mengklasifikasikan strategi belajar mengajar berdasarkan dua
komponen yang menjadi focus tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu (1) Apa yang
ingin dicapai, dan (2) Modus kegiatan belajar mengajar.
c.
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Beberapa jenis strategi pembelajaran yang selama ini digunakan
berdasarkan kajian dari para pakar dalam pembelajaran yang dikutip oleh Darmo
Mulyoatmodjo dan Nurhida Amir Das (1982) seperti berikut :
1. Memroses Informasi (Information Processing) :
1.1.Mengajar Induktif, dikembangkan
oleh Hilda Taba.
1.2.Latihan Inkuiri (Inquiry Training), dikembangkan oleh Richard Suchman.
Untuk
1.1 dan 1.2 bertujuan mengembangkan
kemampuan berpikir dan membuat teori.
1.3. Inkuiri
dalam IPA, oleh Joseph J. Schwab, bertujuan mengajarkan sistem penelitian suatu
bidang ilmu, tetapi diharapkan ada pengaruhnya terhadap ilmu lainnya.
1.4. Pembentukan
konsep (concept attainment), oleh
Jerome Bruner bertujuan mengembangkan berpikir induktif, juga untuk pembentukan
konsep dan kemampuan analisis.
1.5. Model
Developmental, oleh Jean Piaget, Ixving Sigel dan Edmund Sulivan, bertujuan
meningkatkan perkembangan inteligensi umum, terutama berpikir logis, juga untuk
mengembangkan sosialitas dan moral.
1.6.
Advanced
Organizer, oleh David Ausubel, bertujuan meningkatkan kemampuan memperoleh
informasi yang efisien agar dicapai suatu satuan ilmu yang bermakna.
2. Interaksi Sosial (Social Interaction) :
2.1. Kerja
Kelompok (Group Investigation), oleh
Herbert Thel dan John Dewey, bertujuan mengembangkan keterampilan
berpartisipasi dalam proses sosial dengan cara mengembangkan hubungan antar
personal dan keterampilan “menemukan” dalam bidang akademik.
2.2. Pertemuan
Kelas (Classroom meeting), oleh
William Glasser, bertujuan untuk mengembangkan pengertian akan diri sendiri dan
tanggung jawab pada kelompok dan dirinya.
2.3.
Inkuiri
Sosial (Inquiry Social), oleh Byron
Masilas, bertujuan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah social terutama
dengan cara berpikir logis dan penemuan akademik.
2.4.
Model
Laboratorium (Laboratory Method), oleh Methel Maine, bertujuan mengembangkan
kesadaran pribadi (personal awarness)
dan fleksibilitas dalam kelompok.
2.5.
Model
Pengajaran dengan Jurisprudential, oleh Donald Oliver, bertujuan melatih
kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu sosial dengan kerangka acuan
atau berpikir jurisprudential.
2.6.
Role
Playing, oleh Fanni Shaftel dan George Shaftel, bertujuan memberikan kesempatan
kepada siswa menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi lewat situasi tiruan.
2.7.
Simulasi
Sosial (Social Simulation), oleh
Sarene Boocock, bertujuan membantu siswa untuk mengalami berbagai kenyataan dan
proses sosial serta menguji reaksi mereka.
3. Personal
3.1. Pengajaran
non directive, oleh Carl Rogers, bertujuan membentuk kemampuan mengembangkan
pribadi dalam arti self awareness, understanding dan self concept.
3.2.
Latihan
Kesadaran (Awarness Training), oleh
Fritz Perls, bertujuan meningkatkan kemampuan seseorang untuk self exploration dan self awareness.
3.3. Synetic,
oleh William Gordon, bertujuan mengembangkan kreatifitas perseorangan dan
kreatifitas dalam memecahkan masalah.
4. Fokus Mencapai Tujuan Pembelajaran,
oleh Amstrong, dkk :
4.1. Strategi yang berorientasi kepada
materi pelajaran (content centered).
4.2. Strategi yang berorientasi kepada proses (process
centered), dibedakan atas dua tipe :
a. Strategi yang berorientasi kepada
guru (teacher centered), dan
b. Strategi yang berorientasi kepada
siswa (student centered).
d.
Strategi Pembelajaran ROPES
Strategi Pembelajaran ROPES merupakan hasil adaptasi dari berbagai jenis
strategi pembelajaran (1-4) yang dicatat di atas dan disesuaikan tuntutan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Strategi
Pembelajaran ROPES (selanjutnya Strabel ROPES) juga merupakan pengembangan dari jenis-jenis strategi
pembelajaran yang ada dan bersifat menggabungkan dan melengkapi kelemahan strategi
pembelajaran : (1) memroses informasi, (2) interaksi social, (3) personal, dan
(4) fokus mencapai tujuan pembelajaran.
Strabel ROPES juga merupakan strategi pembelajaran
yang lebih bersifat mengembangkan dan memberdayakan kemampuan mahasiswa dalam mencari,
menemukan sumber, dan meramu materi dalam bentuk hasil kajian yang selanjutnya
dapat disajikan di kelas kuliah, serta membuka ruang bagi diskusi sebagai
bagian dari pertanggungjawaban tugas yang dilanjutkan dengan koreksi
penyempurnaan oleh dosen sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Jika dicermati dari pengertian di atas, paling tidak
Strabel ROPES memiliki beberapa keunggulan dalam mengatasi kelemahan
pembelajaran di perguruan tinggi selama ini, antara lain : (1) Mengembangkan kemampuan intelektual mahasiswa
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. (2) Lebih memberdayakan mahasiswa
untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal. (3) Menjadikan
mahasiswa kelak menjadi ilmuan yang produktif dan bukan konsumtif. (4)
Dapat mengembangkan potensi diri mahasiswa. (5) Peran dosen sebagai salah satu
nara sumber dan fasilitator.
2.
Penerapan Strategi Pembelajaran ROPES
Dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP), biasanya
dicantumkan, antara lain : Mata kuliah dan Kode Mata kuliah, Bobot SKS, pokok
bahasan dan sub pokok bahasan, standar kompetensi dan kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, strategi pembelajaran, dan sumber bahan. Pada strategi
pembelajaran tercantum tahapan pola umum
kegiatan dosen dan mahasiswa dalam menjalani satu sesi perkuliahan.
Strabel ROPES dimaksud seperti berikut :
2.1.
Review
Kegiatan review hampir sama dengan kegiatan apersepsi,
di mana mahasiswa diminta menjelaskan konsep-konsep yang baru maupun yang telah
dipelajari pada pertemuan kuliah yang lalu dan pengalaman belajar sehubungan
dengan konsep-konsep tersebut di luar ruang kuliah. Pada kegiatan review juga
mahasiswa diminta mengkomunikasikan tugas pada kuliah yang lalu. Kegiatan
review dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit pada awal setiap pertemuan
kuliah.
2.2.
Overview
Pada kegiatan overview, dosen mengkomunikasikan standar
kompetensi, kompetensi dasar, sub kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai pada awal perkuliahan kepada mahasiswa agar diketahui bersama.
Kegiatan overview bertujuan agar perkuliahan berlangsung dengan baik dan untuk tercapainya kompetensi
dan tujuan pembelajaran yang dikehendaki sebagaimana telah dirancang terlebih
dahulu oleh dosen. Kegiatan overview juga membuka ruang bagi diskusi bersama
mahasiswa untuk merumuskan tujuan pembelajaran yang telah disusun oleh dosen.
Kegitan overview berlangsung selama 10 menit.
2.3.
Presentation
Presentasi materi dilaksanakan oleh dosen dan
mahasiswa. Oleh dosen biasanya dilakukan pada awal kuliah, berupa pokok-pokok
meteri perkuliahan yang hendak dipelajari. Membagi mahasiswa dalam
kelompok-kelompok kecil (antara 2 atau 3 orang) untuk menyiapkan materi di luar
jam kuliah dari sumber-sumber belajar yang tersedia dan disajikan pada jam
kuliah berikut. Jika pokok-pokok perkuliahan
sudah terdistribusi kepada semua kelompok mahasiswa, maka pada pertemuan
pertama untuk pokok bahasan pertama oleh dosen. Selanjutnya, pada pertemuan
kuliah kedua dan seterusnya, mahasiswa secara bergilir pada setiap tatap muka
menyajikan tugas kelompok. Dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi kelas
oleh kelompok lain (bukan penyaji). Terakhir adalah tugas dosen untuk
menyempurnakan materi yang disajikan oleh kelompok, dalam bentuk penjelasan
tambahan atau diskusi kelas dilanjutkan untuk lebih memperdalam materi yang
telah disajikan kelompok penyaji.
2.4.
Evaluation
Evaluasi (penilaian) dalam strabel ROPES dalam dua
bentuk: (1) langsung, setelah diskusi kelas, atau (2) tidak langsung berupa
tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh mahasiswa di rumah dan akan
dikomunikasikan pada pertemuan kuliah berikut. Bentuk evaluasi juga bisa dalam
bentuk lisan maupun tertulis. Evaluasi tertulis biasanya dalam bentuk soal-soal
essay atau tugas mandiri yang akan diselesaikan oleh mahasiswa di rumah. Jika
evaluasi dalam bentuk pekerjaan rumah (PR), dapat diselesaikan di rumah dan
dikomunikasikan ke dosen pada pertemuan kuliah berikut.
2.5.
Summary
Setelah
evaluasi, dosen wajib menyampaikan rangkuman materi kuliah pada hari itu kepada
mahasiswa. Tujuannya agar mahasiswa dapat melengkapi catatan kuliahnya dan juga
mencari referensi lain yang relevan dengan pokok-pokok perkuliahan saat itu.
3.
Sumbangan Psikologis dari Strategi
Pembelajaran ROPES
Berdasarkan hasil pengamatan sewaktu menerapkan
strabel ROPES pada berbagai kelas kuliah, dapat dideskripsi sumbangan
psikologis seperti berikut :
a. Mahasiswa secara bebas dan aktif
mencari sumber dari berbagai referensi untuk memperoleh materi kuliah yang
menjadi tugasnya untuk dikaji.
b. Rata-rata mahasiswa mampu bekerja
sama dalam menyiapkan tugas-tugas kuliah dalam waktu yang relatif singkat.
c. Kelemahan individual diatasi dengan
belajar bersama dalam bentuk diskusi dan
mengerjakan tugas-tugas kelompok.
d. Rata-rata mahasiswa menunjukkan
kreativitasnya dalam mengkaji dan menyajikan materi yang menjadi tugas
kelompoknya.
e. Pada saat penyajian tugas, lebih
menuntut mahasiswa untuk mengembangkan nalar dan kemampuan berkomunikasi.
f.
Suasana
pembelajaran lebih bersifat pengembangan diri mahasiswa.
g. Hubungan dosen dengan mahasiswa dalam
suasana pembelajaran lebih bersifat kemitraan sehingga mungkin tekanan
psikologis dari mahasiswa tertentu dapat teratasi.
C.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
1.
Simpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas, berikut dapat disimpulkan bahwa (1) Strategi
Pembelajaran (strabel) ROPES sebagai strabel alternatif pada pembelajaran di
perguruan tinggi. (2) Dosen dapat
berinovasi dalam pengembangan berbagai strategi dan pendekatan dalam
pembelajaran sangat diperlukan. (3) Strabel ROPES merupakan strabel yang
dinamis bertujuan memberdayakan mahasiswa dalam upaya mencapai tujuan
belajarnya di perguruan tinggi.
2.
Rekomendasi
Dosen-dosen di perguruan tinggi dapat menjadikan kajian artikel ini
menjadi salah satu strabel alternatif di perguruan tinggi. Juga kepada
pihak-pihak lain yang bertanggung jawab bagi pengembangan pembelajaran di
perguruan tinggi dapat menjadikan strabel ROPES sebagai salah satu referensi
dalam mengadakan inovasi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Joko Tri Prasetya.
(1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung
: Pustaka Setia.
Darmo Mulyoatmodjo & Nurhida Amir
Das. (1982). Strategi Pengembangan
Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta : P3G Depsikbud.
Engkoswara. (2003). Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran.
Jakarta : Bina Aksara.
Nana Sudjana. (2000). Dasar-Dasar Proses belajar Mengajar.
Jakarta : Sinar Baru Algesindo.
Richard Dunne & Ted Wragg. (1995).
Effective Teaching (Pembelajaran Efektif). Diter-jemahkan/disadur
oleh : Anwar Jasin (1996). Jakarta : Grasindo.
Roestiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Udin, S. Winataputra. (2008). Strategi Belajar mengajar. Posted on
januari 13, 2008 by Pakde sofa.
----------ooo000ooo----------