Jumat, 06 April 2012


MODEL PENDIDIKAN SEKS DAN PENERANGAN
BAHAYA PMS DAN HIV/AIDS BAGI REMAJA :
Kajian Bimbingan dan Konseling

Oleh : Imanuel Lohmay *)


ABSTRAK

Perilaku seks bebas yang menyimpang di kalangan remaja pada  kota-kota besar di Indonesia meningkat berdasarkan berbagai laporan hasil penelitian. Jika fenomena ini tidak dicarikan jalan keluar yang tepat, akan berdampak buruk bagi generasi mendatang. Dampak buruk itu misalnya antara lain : Meningkatnya penyakit menular seksual (PMS), banyak usia muda yang terserang HIV/AIDS, ketidakpuasan seks pada pasangannya setelah menikah, kawin cerai, perselingkuhan, dan masih banyak contoh lain.
Pemecahan yang ditawarkan terhadap ”perilaku seks bebas menyimpang” di kalangan remaja adalah model pendidikan seks yang disebut : ”Model Komunikasi Terpadu (MKT) atau Model Komunikasi Tiga Dimensi (MKTD). Model ini dibangun dari : (1) Pola asuh orang tua (pendidikan dalam keluarga), (2) sistem pendidikan sekolah, dan (3) lingkungan psikososial anak (masyarakat).
Model Pendidikan Seks MKT atau MKTD bukan merupakan satu-satunya langkah pemecahan, tetapi merupakan salah satu yang barangkali masih perlu dikaji dan didiskusikan lebih luas di berbagai kalangan sebelum penerapan secara luas.

Kata kunci : Model, pendidikan, seks, pms,bimbingan dan konseling

A.          Latar Belakang
Mencermati berbagai fenomena kehidupan remaja di kota-kota besar (terutama yang berhubungan dengan perilaku seks menyimpang) meningkat, maka Model Pendidikan Seks dan penerangan mengenai bahaya Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunedeficiency Syndrome) bagi remaja perlu dikaji karena:
1. Pada dekade sebelum tahun 1980-an, mempercakapkan seks secara bebas apalagi transparan masih dianggap tabu, jorok, dan sebagainya oleh orangtua, orang dewasa yang menikah, guru, dan pihak berkompeten lainnya. Tampaknya, teknologi komunikasi-informasi lebih dahulu dan cepat tanpa pertimbangan macam-macam mempengaruhi para remaja dengan pengetahuan tentang seks dibanding orangtua dan pihak lain  yang mempunyai hubungan dan kepedulian dengan remaja.
2. Remaja warga belajar yang pada umumnya berada di sekolah (-SLTP dan SMU/SMK) sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, tergolong usia penuh dengan gejolak. Dimana pada masa ini sebagai masa pembentukan diri,masa pencarian jati diri, yang oleh pakar psikologi perkembangan disebut ”usia rawan identitas” yang berada pada masa transisi antara masa anak dan masa dewasa (Shertzer dan stones, 1981). Pada masa ini para remaja warga belajar belum memilki integritas dan kepastian sikap. Hal ini mudah diamati dalam pola pikir yang irasional telah melandasi pola perilaku yang labil dan cenderung irasional (Lohmay, 1998), termasuk perilaku seks menyimpang.
3. Hubungan seks bebas diluar nikah dikalangan remaja berpeluang tertular PMS. Menurut kepala Biro Bina Keluarga Depertemen Kesehatan RI pada 1 Mei 1996 di semarang  bahwa 15% dari penderita HIV/AIDS di indonesia adalah remja yang masih   Nasional RRI tanggal 2 Mei 1996 jam 07.00 WIB). Hasil Penelitian PKBI NTT pada awal 1996 menunjukan bahwa remaja di Kotamadya Kupang umumnya telah mengenal alat-alat reproduksi dan PMS = 87%; yang telah mengalami hubungan seks dalam usia 13-17 tahun =25.9%, dan yang tertular PMS = 11.9%. Dokter Belinda Christina (dosen FK. Univ. Atmajaya Jakarta, membahas secara rinci selusin PMS berikut; (1) kencing nanah (GO), (2) kencing nanah bukan GO, (3) herpes kelamin, (4) kutil, (5) keputihan, (6) vaginosis, (7) jerawat mutiara, (8) kutu, (9) kudis, (10) sipilis, (11) AIDS, (12) hepatitis B. (Nova Edisi 6 Oktober 1996).
4. Hasil penelitian PKBI NTT juga menunjukkan bahwa di antara remaja Kotamadya Kupang talah mengunjunngi lokalisasi  WTS =14.7%. Angka mungkin tidak berarti, tetapi perilaku demikian beresiko tinggi dan potensial tertular PMS dan HIV?AIDS bagi remaja di kotamadya Kupang dan sekitarnya. Kotamadya Kupang sebagai salah satu kota tujuan wisata, berpotensi penyebaran cepat PMS dan HIV/AIDS (Tokan dan Lohmay, 1996).

B.     Tujuan Kajian
Kajian segi bimbingan konseling merupakan masukan pada forum panel diskusi ini untuk tercapai tujuan berikut: (1) menyamakan persepsi dan mengusulkan model pendidikan seks dan penerangan mengenai bahya PMS dan HIV/AIDS yang dapat dikembangkan dan dikembangkan di kotamadya Kupang dan NTT. (2) sharing informasi dan pengalaman yang berhubungan dengan remaja dalam hubunga dengan seks, PMS dan HIV?AIDS. (3) menindaklanjuti kajian-kajian model yang ditawarkan dalam praktek layanan pada tugas masing-masing peserta.

C.  Kajian Segi Bimbingan dan Konseling Tentang Model Pendidikan Seks dan   Penerangan Mengenai Bahaya PMS dan HIV/AIDS.
1. Dengan mencermati berbagai pengertian yang telah dikedepankan oleh para ahli teknologi bantuan kemanusiaan yang disebut Bimbingan Konseling, dapat disimpulkan bahwa Bimbingan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh orang atau kelompok yang telah di bantu itu akhirnya dapat membantu dirinya sendiri. Berdasar pengertian dan pemahaman demikian, maka model apapun yang ditawarkan dan dari kajian manapun hendaknya beorientasi pada bagaiman para remaja dapat membantu dirinya sendiri. Berdasarkan hasil beberapa diskusi kelompok terarah (focus group discussion)yang telah diadakan dikalangan remaja (di sekolah dan panti asuhan) bahwa remaja lebih banyak memperoleh pengetahuan tentang seks dari teman sebaya daripada orangtua atau guru. Tidak semua pengetahuan tentang seks diterima remaja dari teman sebaya bersifat edukatif sehingga tidak sedikit menyebabkan perilaku seks menyimpang.
2. Bentuk penghampiran yang dilakukan oleh orangtua, guru pembimbing, dan pihak-pihak lain yangpeduli dengan remaja warga belajar: (a) Segi pemberi layanan: (1) orangtua: meningkatkan frekuensi dan kualitas komunikasi antar anggota keluarga, menghindari ola asuh yang otoriter maupun masa bodoh, pola keras dan makian PM dan sejenisnya di dalam keluarga dihilangkan, dan sebagainya; (2) guru pembimbing di sekolah: dapat mengembangkan perangkat- perangkat layanan (lunak dan keras) terhadap pribadi-sosial peserta didik(teutama yang berhubungan dengan pemahaman diri (tentang kelaki-lakian dan keperempuanan) dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, berhubungan dengan fungsi organ seks, dan dimensi layanan yang lain; (3) pihak- pihak lain yang berhubungan yang berkopeten untuk melakukan komunikasi (pergaulan) yang edukatif. (b) Segi subjek layanan : penghampiran pribadi, dan penghampiran kelompok.
3. Model pendidikan seks, penerangan bahaya PMS dan HIV/AIDS yang ditawarkan : MODEL KOMUNIKASI TERPADU (MKT) atau MODEL KOMUNIKASI TIGA DIMENSI (MKTD). Jabaran dari model MKT atau MKTD dapat dijelaskan berikut:
Keterangan:
1       = Pola asuh orangtua (pendidikan  keluarga)
2       = Sistem pendidikan sekolah.
1.2    = komunikasi orangtua dengan guru disekolah
3       =  Lingkungan psiko-sosial anak (masyarakat)
2.3    = Hub. Sekolah dengan masyarakat.
1.3    = Hub. Keluarga dengan masyarakat.
4       = Inti semua hubungan adalah remaja.

D. Simpulan
1. Memberi pelatihan kepada orangtua tentang pola asuh orangtua yang lebih menekankan pada pertama dan utama dengan pemberian contoh dan teladan positif-konstruktif-edukatif.
2. Para guru pembimbingdi sekolah lebih proaktif dalam mengembangkan layanan pemahaman diri-sosial dengan lebih menekakan rekayasa perilaku dengan tujuan pengubahan perilaku (behavior modification).di samping guru pembimbing, guru biologi diharap lebih memberi pengetahuan tentang pertumbuhan organ tubuh remaja, terutama yang berhubungan dengan fungsi organ seks.
3. Kerjasama keluarga (orangtua) dan sekolah dengan masyarakat sekitar remaja berada dengan mengembangkan pergaulan yang pedagogik-edukatif dan berusaha menekan bentuk perilaku dan pergaulan yang tidak membangun.

Sumber Bacaan :

Christina, B. (1996). Dua belas penyakit menular seksual. Nova (edisi 6 Oktober).
Ditjen Pusat Penelitian Penyakit Menular Badan Litbang Kesehatan Dep. Kes. RI.   (Prisma, No. 6.1994).
Lohmay, Im. (1998). Pengubahan perilaku irasional dalam kegiatan akademik melalui diskusi kelompok terarah. Tesis (tidak dipublikasikan): PPS IKIP Malang.
Shertzer, B & Stones, S.C.(1981). Fundamentals of guidance.  
Tokan, Selly, G.T. & Lohmay, Im. (1996). Profil pengetahuan dan sikap remaja kotamadya Kupang tentang reproduksisehat dan penyakit menular seksual. Kupang: FKIP Undana.   

---------------------------------------------
*) Dosen tetap pada Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Undana
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar