MODEL PENDIDIKAN SEKS DAN PENERANGAN
BAHAYA PMS DAN HIV/AIDS BAGI REMAJA :
Kajian Bimbingan dan Konseling
Oleh : Imanuel Lohmay *)
ABSTRAK
Perilaku seks bebas yang menyimpang
di kalangan remaja pada kota-kota besar
di Indonesia
meningkat berdasarkan berbagai laporan hasil penelitian. Jika fenomena ini tidak dicarikan jalan keluar
yang tepat, akan berdampak buruk bagi generasi mendatang. Dampak buruk itu
misalnya antara lain : Meningkatnya penyakit menular seksual (PMS), banyak usia
muda yang terserang HIV/AIDS, ketidakpuasan seks pada pasangannya setelah
menikah, kawin cerai, perselingkuhan, dan masih banyak contoh lain.
Pemecahan yang ditawarkan terhadap ”perilaku seks
bebas menyimpang” di kalangan remaja adalah model pendidikan seks yang disebut
: ”Model Komunikasi Terpadu (MKT) atau Model Komunikasi Tiga Dimensi (MKTD).
Model ini dibangun dari : (1) Pola asuh orang tua (pendidikan dalam keluarga),
(2) sistem pendidikan sekolah, dan (3) lingkungan psikososial anak
(masyarakat).
Model Pendidikan Seks MKT atau MKTD bukan
merupakan satu-satunya langkah pemecahan, tetapi merupakan salah satu yang
barangkali masih perlu dikaji dan didiskusikan lebih luas di berbagai kalangan
sebelum penerapan secara luas.
Kata kunci : Model, pendidikan, seks, pms,bimbingan
dan konseling
A.
Latar Belakang
Mencermati berbagai fenomena kehidupan
remaja di kota-kota besar (terutama yang berhubungan dengan perilaku seks
menyimpang) meningkat, maka Model Pendidikan Seks dan penerangan mengenai
bahaya Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency
Virus/Acquired Immunedeficiency Syndrome) bagi remaja perlu dikaji karena:
1. Pada dekade sebelum tahun 1980-an,
mempercakapkan seks secara bebas apalagi transparan masih dianggap tabu, jorok,
dan sebagainya oleh orangtua, orang dewasa yang menikah, guru, dan pihak
berkompeten lainnya. Tampaknya, teknologi komunikasi-informasi lebih dahulu dan
cepat tanpa pertimbangan macam-macam mempengaruhi para remaja dengan
pengetahuan tentang seks dibanding orangtua dan pihak lain yang mempunyai hubungan dan kepedulian dengan
remaja.
2. Remaja warga belajar yang pada umumnya
berada di sekolah (-SLTP dan SMU/SMK) sedang dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan, tergolong usia penuh dengan gejolak. Dimana pada masa ini sebagai
masa pembentukan diri,masa pencarian jati diri, yang oleh pakar psikologi
perkembangan disebut ”usia rawan identitas” yang berada pada masa transisi
antara masa anak dan masa dewasa (Shertzer dan stones, 1981). Pada masa ini para remaja warga belajar
belum memilki integritas dan kepastian sikap. Hal ini mudah diamati dalam pola
pikir yang irasional telah melandasi pola perilaku yang labil dan cenderung
irasional (Lohmay, 1998), termasuk perilaku seks menyimpang.
3. Hubungan seks bebas diluar nikah
dikalangan remaja berpeluang tertular PMS. Menurut kepala Biro Bina Keluarga
Depertemen Kesehatan RI pada 1 Mei 1996 di semarang bahwa 15% dari penderita HIV/AIDS di
indonesia adalah remja yang masih Nasional RRI tanggal 2 Mei 1996 jam 07.00
WIB). Hasil Penelitian PKBI NTT pada awal 1996 menunjukan bahwa remaja di Kotamadya
Kupang umumnya telah mengenal alat-alat reproduksi dan PMS = 87%; yang telah
mengalami hubungan seks dalam usia 13-17 tahun =25.9%, dan yang tertular PMS =
11.9%. Dokter Belinda Christina (dosen FK. Univ. Atmajaya Jakarta, membahas
secara rinci selusin PMS berikut; (1) kencing nanah (GO), (2) kencing nanah
bukan GO, (3) herpes kelamin, (4) kutil, (5) keputihan, (6) vaginosis, (7)
jerawat mutiara, (8) kutu, (9) kudis, (10) sipilis, (11) AIDS, (12) hepatitis
B. (Nova Edisi 6 Oktober 1996).
4. Hasil penelitian PKBI NTT juga menunjukkan
bahwa di antara remaja Kotamadya Kupang talah mengunjunngi lokalisasi WTS =14.7%. Angka mungkin tidak berarti,
tetapi perilaku demikian beresiko tinggi dan potensial tertular PMS dan
HIV?AIDS bagi remaja di kotamadya Kupang dan sekitarnya. Kotamadya Kupang
sebagai salah satu kota tujuan wisata, berpotensi penyebaran cepat PMS dan HIV/AIDS
(Tokan dan Lohmay, 1996).
B. Tujuan Kajian
Kajian segi bimbingan
konseling merupakan masukan pada forum panel diskusi ini untuk tercapai tujuan
berikut: (1) menyamakan persepsi dan mengusulkan model pendidikan seks dan
penerangan mengenai bahya PMS dan HIV/AIDS yang dapat dikembangkan dan
dikembangkan di kotamadya Kupang dan NTT. (2) sharing informasi dan pengalaman
yang berhubungan dengan remaja dalam hubunga dengan seks, PMS dan HIV?AIDS. (3)
menindaklanjuti kajian-kajian model yang ditawarkan dalam praktek layanan pada
tugas masing-masing peserta.
C. Kajian
Segi Bimbingan dan Konseling Tentang Model Pendidikan Seks dan Penerangan Mengenai Bahaya PMS dan HIV/AIDS.
1. Dengan mencermati berbagai
pengertian yang telah dikedepankan oleh para ahli teknologi bantuan kemanusiaan
yang disebut Bimbingan Konseling, dapat disimpulkan bahwa Bimbingan konseling
adalah bantuan yang diberikan oleh orang atau kelompok yang telah di bantu itu
akhirnya dapat membantu dirinya sendiri. Berdasar pengertian dan pemahaman
demikian, maka model apapun yang ditawarkan dan dari kajian manapun hendaknya
beorientasi pada bagaiman para remaja dapat membantu dirinya sendiri.
Berdasarkan hasil beberapa diskusi kelompok terarah (focus group discussion)yang telah diadakan dikalangan remaja (di
sekolah dan panti asuhan) bahwa remaja lebih banyak memperoleh pengetahuan tentang
seks dari teman sebaya daripada orangtua atau guru. Tidak semua pengetahuan
tentang seks diterima remaja dari teman sebaya bersifat edukatif sehingga tidak
sedikit menyebabkan perilaku seks menyimpang.
2. Bentuk penghampiran yang
dilakukan oleh orangtua, guru pembimbing, dan pihak-pihak lain yangpeduli
dengan remaja warga belajar: (a) Segi
pemberi layanan: (1) orangtua: meningkatkan frekuensi dan kualitas
komunikasi antar anggota keluarga, menghindari ola asuh yang otoriter maupun
masa bodoh, pola keras dan makian PM dan sejenisnya di dalam keluarga
dihilangkan, dan sebagainya; (2) guru pembimbing di sekolah: dapat
mengembangkan perangkat- perangkat layanan (lunak dan keras) terhadap
pribadi-sosial peserta didik(teutama yang berhubungan dengan pemahaman diri
(tentang kelaki-lakian dan keperempuanan) dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan, berhubungan dengan fungsi organ seks, dan dimensi layanan yang
lain; (3) pihak- pihak lain yang berhubungan yang berkopeten untuk
melakukan komunikasi (pergaulan) yang edukatif. (b) Segi subjek layanan : penghampiran pribadi, dan penghampiran
kelompok.
3. Model pendidikan seks,
penerangan bahaya PMS dan HIV/AIDS yang ditawarkan : MODEL KOMUNIKASI TERPADU
(MKT) atau MODEL KOMUNIKASI TIGA DIMENSI (MKTD). Jabaran dari model MKT atau
MKTD dapat dijelaskan berikut:
Keterangan:
1 = Pola asuh orangtua (pendidikan keluarga)
2
= Sistem pendidikan sekolah.
1.2
= komunikasi orangtua dengan
guru disekolah
3 = Lingkungan psiko-sosial anak (masyarakat)
2.3 = Hub.
Sekolah dengan masyarakat.
1.3 = Hub.
Keluarga dengan masyarakat.
4 =
Inti semua hubungan adalah remaja.
D. Simpulan
1. Memberi pelatihan kepada
orangtua tentang pola asuh orangtua yang lebih menekankan pada pertama dan
utama dengan pemberian contoh dan teladan positif-konstruktif-edukatif.
2. Para guru pembimbingdi sekolah
lebih proaktif dalam mengembangkan layanan pemahaman diri-sosial dengan lebih
menekakan rekayasa perilaku dengan tujuan pengubahan perilaku (behavior
modification).di samping guru pembimbing, guru biologi diharap lebih memberi
pengetahuan tentang pertumbuhan organ tubuh remaja, terutama yang berhubungan
dengan fungsi organ seks.
3. Kerjasama keluarga
(orangtua) dan sekolah dengan masyarakat sekitar remaja berada dengan mengembangkan
pergaulan yang pedagogik-edukatif dan berusaha menekan bentuk perilaku dan
pergaulan yang tidak membangun.
Sumber Bacaan :
Christina, B.
(1996). Dua belas penyakit menular seksual. Nova (edisi 6 Oktober).
Ditjen Pusat Penelitian Penyakit Menular
Badan Litbang Kesehatan Dep. Kes. RI.
(Prisma, No. 6.1994).
Lohmay, Im. (1998). Pengubahan perilaku irasional
dalam kegiatan akademik melalui diskusi kelompok terarah. Tesis (tidak
dipublikasikan): PPS IKIP Malang.
Shertzer, B &
Stones, S.C.(1981).
Fundamentals
of guidance.
Tokan, Selly,
G.T. & Lohmay, Im. (1996). Profil pengetahuan dan sikap remaja
kotamadya Kupang tentang reproduksisehat dan penyakit menular seksual.
Kupang: FKIP Undana.
---------------------------------------------
*) Dosen tetap pada Program Studi Bimbingan dan Konseling
FKIP Undana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar